watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ISTRI KEPALA DINAS

Perkenalkanlah namaku Galaxy. Aku adalah
seorang teknisi parabola, dan bekerja di sebuah
perusahaan swasta yang bergerak di bidang
penjualan antena parabola yang tentu saja
membutuhkan teknisi untuk melayani
pemasangan dan perbaikan parabola. Di
perusahaan ini walau bukan paling senior tetapi
aku tergolong paling terampil dan cekatan, hingga
jika pimpinan dapat pekerjaan besar, aku yang
jadi andalannya.

Suatu hari aku mendapat tugas untuk memasang
antena parabola di rumah kepala dinas sebuah
bank pemerintah. Dengan dibantu 2 orang asisten
yakni Edo dan Salim, aku berangkat ke alamat
tujuan sambil menenteng segala peralatan. Waktu
itu aku diantar sopir kemudian setelah sampai di
tujuan, kami bertiga diturunkan berikut segala
barang dan peralatannya. Di rumah dinas yang
terkesan asri karena dipenuhi pohon mangga,
kami diterima oleh satpam yang kemudian
setelah mengadakan kontak lewat intercom diberi
ijin masuk.
Seorang wanita muda berumur sekitar 25 tahun
dengan berbusana daster biru malam, sangat
kontras dengan kulitnya yang putih mulus
menyambut kami. Sekejap aku terpesona melihat
kecantikan wajahnya, bibir dan hidungnya luar
biasa indahnya.

“Selamat pagi, Mbak.., kami yang mau
memasang parabola pesanan bapak kepala”.
“Ohh, iya silakan masuk saja Mas.., tapi bapak
masih dinas, dan kebetulan rumah lagi sepi jadi
terserah Mas saja masangnya”.
Tanpa basa basi lagi aku segera memerintahkan
asistenku untuk segera mulai bekerja, dengan
harapan bisa berkenalan tanpa gangguan, siapa
tahu nasibku sedang mujur. Dari perkenalan,
wanita tersebut bernama Asni dan adalah istri
kepala dinas, tepatnya istri kedua, yang duda
karena ditinggal mati. Semula kuduga dia adalah
anaknya, tapi ternyata ibu dari 2 anak tiri yang
umurnya sebayanya. Kedua anak-tirinya wanita
dan cantik-cantik, terlihat dari foto besar yang
terpajang di ruang keluarga.

Sementara kedua asistenku sedang merakit
parabola, aku asyik menerangkan aneka macam
seputar parabola, mulai dari acara siaran sampai
cara merawat parabola. Kelihatan Mbak Asni juga
antusias mendengarnya, padahal aku cuma asal
bicara agar bisa berlama-lama dekat dengan Mbak
Asni sambil terus membayangkan besarnya
payudara yang mengembung besar di balik
dasternya. Mbak Asni duduk persis di depanku,
hingga waktu aku memberi keterangan sambil
membuat tulisan di meja, dia terpaksa menunduk
untuk ikut membacanya, dan karena krah
dasternya longgar sekali maka otomatis semua isi
di dalamnya jadi ternganga lebar, jantungku
seketika bergetar-getar tak menentu saat
menyaksikannya. Batang kemaluanku mendadak
beringas laksana torpedo hendak meluncur. Aku
tak tahu apa Mbak Asni tahu kalau aku jadi
keterusan nulis-nulis sambil sesekali melirik ke
balik dasternya. Tampaknya dia cuek saja sambil
mendengar penjelasanku.

“Diminum dulu Mas.., tehnya, mumpung masih
hangat!”, katanya sambil tersenyum manis
setengah menggoda. Akupun jadi salah tingkah
dan mengiyakannya. Tehnya memang hangat
dan segera menyegarkan otakku kembali.
Daripada pusing memikirkan cara untuk
menggapai gunung kembar, aku minta diri untuk
mengawasi pekerjaan asisten.
Tak terasa hari telah menjelang sore ketika
pekerjaan selesai. Terlihat Mak Asni tengah
bersiap untuk mandi. Pikiran kotor langsung
menyergap, dan tak kuasa aku menolaknya.
Membayangkan kala tangannya mengusap
lembut seluruh tubuhnya, lalu dadanya, lalu
perutnya, lalu anunya, lalu.., wow, Mbak Asni
tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti
langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu
kamar mandi telah tertutup aku jadi merasa
kehilangan.
Dengan reflek aku memberi kode dengan jari
telunjuk berdiri di depan mulut pada kedua
asistenku. Keduanya malah cengengesan. Tanpa
komando, kami kompak menggotong sebuah
kursi tinggi agar bisa mengintip lewat lubang
angin di atas pintu. Aku langsung saja merebut
kesempatan pertama untuk menaiki kursi, dan
karena besarnya lubang angin maka seluruh isi
kamar mandi jadi terlihat.

Mbak Asni tampak mulai mengangkat ujung
dasternya ke atas hingga melampaui kepalanya.
Tubuhnya tinggal terbalut celana dalam warna
coklat dan BH, itupun tak berlangsung lama,
karena segera dia melucutinya. Dadaku terasa
mau pecah saking menahan napas. Luar biasa
keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini. Tetapi aku
terkejut dengan caranya mandi, tanpa diguyur air
dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun
cair, lalu tangannya meremasi kedua
payudaranya dan berputar-putar di ujungnya.
Batang kemaluanku seakan turut merasakan
pijitannya jadi membesar. Dengan posisi berdiri
sambil bersandar tembok, Mbak Asni
meneruskan permainannya ke bawah
selangkangan, sementara matanya tertutup rapat,
mulutnya menyungging seperti orang kepedasan
cabe. Tak sadar tanganku ikut memijiti batang
kemaluanku sendiri. Sayang kedua asistenkupun
minta giliran jatah tontonan gratis yang aduhai.

Merekapun jadi seperti terkena tegangan tinggi,
celana kombornya tak mampu menyembunyikan
batang yang mencuat kencang.
“Ayo, Mass.., masuk saja tak perlu mengintip
begitu, kan nggak baik, pintunya tidak terkunci
kok!”, tiba-tiba terdengar seruan lembut bernada
ajakan. Tetapi terus terang kelembutan itu
membuat kami hampir pingsan dan amat sangat
mengejutkan. Kami serentak saling berpandangan
kebingungan.
“Maaf yah Mbak.., kami tidak sengaja kurang
ajar”.. Aku menjawab sambil mengambil inisiatif
pelan-pelan memutar handel pintu kamar mandi
yang memang benar tidak terkunci. Tetapi setelah
pintu terbuka, kami bertiga seperti patung
menyaksikan pemandangan yang tidak pernah
terbayangkan. Mbak Asni tersenyum manis sekali
dan tanpa canggung melambaikan tangannya
agar kami lebih mendekatinya. Wah tentu saja
kami tak perlu mendengar suara ulangan lagi,
serempak kami bertiga mengerubuti sang dewi.

Dengan posisi duduk di atas bak mandi Mbak
Asni menyuruh kami mandi dahulu agar bau
keringat kami lenyap. Aku, Edo, dan Salim segera
melepas semua pakaian masing-masing, dan
seperti anak kecil berebutan mandi di bawah
siraman shower. Tanpa rasa malu kami bertiga
telanjang bulat di hadapan Mbak Asni. Batang
kemaluan kami sudah pada posisi maksimal,
mengacung-acung keras minta perhatian. Mbak
Asnipun kegelian melihat tingkah kami bertiga.
Lalu Mbak Asni memandikan kami satu per satu.

Batang kemaluanku yang terlihat paling besar,
berdenyut-denyut kala tangan Mbak Asni
mengelusinya dengan sabun. Ah, nikmat sekali
apalagi begitu tangannya bergerak maju mundur,
segera kuraih gunung impianku yang telah nyata
di depan hidung dan meremasinya sambil mulut
kami saling berpagutan. Sementara Edo dan
Salim tidak mau ketinggalan, mereka memang
tim yang kompak. Tangan Edo menggerayangi
selangkangan Mbak Asni yang nyaris tertutup
seluruhnya oleh bulu ikal yang lebat. Sedang
Salim kebagian pekerjaan menjilati pantat Mbak
Asni, kelihatan Mbak Asni keenakan sekali ketika
ujung lidah Salim menjongkel-jongkel lubang
anusnya. Tangan Mbak Asnipun dengan adil
bergantian meremas dan mengocok batang
kemaluan kami, yang tentu saja membuat kami
semua mengerang kenikmatan.

Mungkin karena kurang leluasa dengan posisi
berdiri, Mbak Asni mengajak kami bertiga segera
menyudahi acara mandi bersama. Dan mengajak
pindah lokasi ke kamar tidur. Salim yang anak
keturunan Arab telentang di atas kasur,
batangnya yang sangat panjang menegang ke
atas persis seperti orang punya ekor. Mbak Asni
tanpa ragu-ragu segera mengangkanginya dan
menyodorkan vaginanya. Salim kegirangan
segera menjilatinya dengan rakus sampai
berbunyi cipak-cipuk. Mbak Asnipun keenakan
sambil menyosor-nyosorkan vaginanya ke mulut
Salim agar lidah Salim lebih masuk ke dalamnya.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

Tanpak Salim semakin gigih menyedoti cairan
vagina Mbak Asni. Sedang Edo yang tak tahan
menunggu lalu menyodorkan batangnya yang
bulat hitam ke mulut Mbak Asni. Mulut Mbak Asni
tampak menganga menyambut kehadirannya.
Lidahnya berputar-putar mengulum batang Edo,
lalu memainkannya maju mundur. Terang saja
Edo melenguh-lenguh merasakan kenikmatan
yang luar biasa.
Aku tak habis berpikir menyaksikan istri seorang
pejabat terhormat dengan ganas mengerang-
erang menikmati pelayanan kami. Barangkali
suaminya memang sudah tua atau impoten,
hingga tidak menyia-nyiakan kehadiran kami.

Padahal menurutku Mbak Asni cantik sekali,
hidungnya mancung, bibirnya agak tebal, sensual
sekali. Dan badannya padat berisi apalagi kala
kuremas-remas payudaranya jelas seperti gadis
perawan. Membuatku gemas sekali menyedoti
ujung puting susunya. Lidahku mengais-ngais
agak ngawur ke sana ke sini. Tapi semakin
ngawur semakin membuat Mbak Asni
bersemangat mengocok batang Edo dengan
mulutnya. Dan akhirnya Edo tampak kewalahan
menahan permainan Mbak Asni. Tangannya
mencengkeram kepala Mbak Asni sambil
mendorong ke arah selangkangannya. Hingga
batangnya habis tertelan mulut Mbak Asni, lalu
“Cret.., cret.., crett”, Batang Edo menyemburkan
maninya, Mbak Asnipun tidak merasa jijik atau
bagaimana segera menelan habis mani Edo,
sambil lidahnya terus menjilati ujung batang Edo.

Karuan saja Edo kegelian dan terus memuntahkan
“lahar” hingga loyo.
Aku segera membalik badan Mbak Asni lalu kedua
kakinya buru-buru kuangkat ke atas. Vaginanya
kelihatan terbuka kemerahan walau dirimbuni
bulu yang sangat lebat. Lalu.., “Bless”, sekali
tancap batangku amblas ke dalamnya. Karena
batangku sudah berdenyut-denyut dari tadi maka
seperti orang kesetanan aku mengayunkan
pinggangku maju mundur. Mata Mbak Asni
membelalak merasakan kenikmatan yang tiada taranya.

Dari liang kewanitaannya mengalir cairan
lendir banyak sekali. Akibatnya goyanganku
menimbulkan suara gaduh. Mbak Asni
mengerang-erang kala aku menyemburkan air
maniku.Banyak sekali keluarnya, maklum lagi
bernapsu besar.

Salim segera menggantikan posisiku, dan
langsung memompa vagina Mbak Asni. Aduh,
tak terbayangkan kenikmatan yang dirasakan oleh
Mbak Asni. Mukanya tampak bahagia sekali.

Pinggulnya menghentak-hentak mengikuti
gerakan Salim. Apalagi batang Salim yang sangat
panjang membuat Mbak Asni kelojotan kala
batang itu mengayun tandas ke dalam. Sambil
meremas keras sprei kasur, Mbak Asni kelihatan
mencapai klimaks yang entah ke berapa. Sampai
Salim pun menggelepar di atas perut Mbak Asni.


Adult | GO HOME | Exit
1/2483
U-ON

inc Powered by Xtgem.com